BALIKPAPAN - Kota Balikpapan baru saja menerima penghargaan sebagai Kota Peduli HAM pada, 14 Desember 2020 lalu. Namun predikat yang baru didapatkan tersebut nampaknya harus memiliki catatan evaluasi di bulan yang sama.
Yakni, adanya kasus tahanan bernama Herman yang meninggal, diduga mendapat kekerasan dari enam oknum polisi. Saat ini keenam oknum tersebut telah ditetapkan sebagai tersangka dan menjalani pemeriksaan oleh Bidpropam Polda Kaltim.
Menanggapi hal ini, Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi menyayangkan adanya kejadian ini. Tentunya kejadian ini akan menjadi catatan bagi pihaknya, ditengah kebanggaan menyandang predikat Peduli HAM tersebut.
"Iya, tentu semua orang menyayangkan kenapa bisa terjadi. Tapi itulah kejadian di lapangan, yang saya kira tentu sudah menjadi perhatian semua pimpinan aparat juga," ujarnya saat ditemui sore tadi, Senin (15/2).
Dirinya menuturkan, pastinya pihak kepolisian sendiri tak ingin adanya kerjadian seperti itu. Juga tak ada yang tau persis kejadian tersebut seperti apa.
"Kita tidak tahu cerita di lapangannya bagaimana terjadinya, biarlah mereka yang melakukan pemeriksaan kita tinggal tunggu saja," kata dia.
Terkait penilaian sebagai Kota Peduli HAM, Rizal menerangkan, bahwa kejadian tersebut baru saja terjadi, sedangkan predikat yang disandang jauh sebelum itu. Maka itu, dirinya meminta agar tak membandingkannya.
"Penilaian penghargaan itu 'kan sudah sebelum Desember jadi jangan dibandingkan itu. Ya, nanti menjadi perhatian kita bersama kadang-kadang 'kan pelanggaran HAM ini bukan di sengaja," terangnya.
Diketahui, Kota Balikpapan menjadi salah satu dari tujuh Kabupaten/Kota di Kaltim yang meraih predikat Peduli HAM pada 2019 lalu. Penghargaan baru diserahkan oleh Kepala Kantor Kemenkumham Kaltim ke Pemprov Kalim pada 14 Desember 2020. (*)
