SHBP Catat Sejarah Operasi Bypass Jantung Koroner Pertama di Balikpapan

- Sabtu, 23 Januari 2021 | 04:28 WIB
-
-

BALIKPAPAN – Rumah sakit Siloam Hospital Balikpapan, menjadi rumah sakit pertama di Kota Balikpapan yang menyediakan pelayanan operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG) atau operasi Bypass Jantung Koroner. Bahkan sebagai langkah awal memulai pelayanan ini, rumah sakit Siloam berhasil melakukan operasi pertama kepada pria berusia 50 tahun dengan penyakit penyerta Diabetes Melitus pada, 16 Januari 2021 lalu.

Suatu kebanggaan, dimana Kota Balikpapan akhirnya bisa menjadi salah satu tempat yang memfasilitasi adanya pembedahan jantung koroner. Tentunya yang tak kalah dengan layanan yang beraada di luar pulau.

Hospital Diretor Siloam Hospital Balikpapan, dr Danie Poluan Mkes menuturkan, dengan kesuksesan pertama dalam bedah jantung ini, diharapkan akan lebih banyak lagi kasus penyakit jantung koroner yang dapat diberi pertolongan. Dirinya juga meyakinkan, bahwa operasi ini akan berjalan lancar dikarenakan pihaknya telah menyiapkan tim medis yang berkompeten dan handal dalam bidang tersebut.

“Tentunya bedah jantung terbuka pertama ini menjadi kebanggaan dan menjadi sejarah penting bagi Siloam Hospital Balikpapan. Kami terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan terbaik, khususnya pelayanan bagi pasien dengan penyakit jantung,” kata dr Danie, saat konferensi pers, Jumat (23/1).

Lebih rinci, disampaikan oleh Ketua Tim Operasi dr Ivan Joalsen Mangaratua, SpBTKV (K), secara prosedur penanganan jantung koroner ini menjadi salah satu operasi yang tak berdiri sendiri. Perlu melibatkan segala unsur, seperti dokter anastesi, dokter penyakit dalam, kardiologi, dan Rehabilitas Medik.

“Jadi kami melakukan Bypass, bedanya dengan intervensi itu membukan jalan yang buntu, tapi kalau kami membuat jalan yang baru, dengan proses operasi selama enam jam. Jika pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi jantung yang optimal, diharapkan operasi hingga perawatan di rumah sakit hanya sekitar 5 sampai 7 hari,” terangnya.

Selain itu, jika yang selama ini banyak dikhawatirkan masyarakat, dilakukan sayatan panjang ditengah dada, namun dr Ivan menyampaikan, pihaknya akan menggunakan cara lain. Dengan hanya memberikan sayatan 8 senti di bagian dada sebelah kiri.

“Selama pengalaman kami di rumah sakit AWS Samarinda, tingkat keberhasilan kami untuk operasi koroner tinggi. Jika berbicara angka keberhasilan, jika semua berjalan dengan optimal bisa dibilang diatas 95 persen,” tuturnya.

Sedangkan, untuk pelayanan ditengah pandemik, pihaknya memastikan pelayanan akan berjalan sesuai protokol kesehatan. Sebelum berhadapan langsung dengan pasien, dapat dipastikan seluruh tenaga medis yang terlibat dinyatakan bebas dari COVID-19.

“Tetapi jika pasien yang positif COVID-19, jika tidak dalam keadaan darurat dapat menunggu setelah masa isolasi selesai dan dinyatakan bebas COVID-19 juga,” ucap dia.

Sementara dari segi pembiayaan, disampaikan oleh dr Danie, berkisar kurang lebih Rp 200 juta. Pihak management rumah sakit juga sudah mengajukan kepada pihak BPJS Kesehatan, namun karena belum ada persetujuan, untuk saat ini yang dapat ditangani adalah pasien non BPJS.

“Operasi sejenis di pulau Jawa itu bisa menyentuh angka Rp 250 juta. Saat ini kami sedang mengkaji dan akan komunikasikan lagi dengan bagian keuangan agar bisa terterjangkau oleh masyarakat,” tutupnya.

Sebagai informasi, dari data statistik Organinasi Kesehatan Dunia atau WHO menyebut, penyakit jantung merupakan penyakit pembunuh nomor 2 setelah kanker. Sekitar 31 persen dari seluruh kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner. (rin/pro)

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X