BALIKPAPAN- Pemetaan dunia usaha lewat Sensus Ekonomi (SE) tak selamanya disambut positif. Padahal, validitas data dari survei yang digelar sepuluh tahunan ini bakal dijadikan acuan utama, baik bagi pemerintah maupun investor.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Balikpapan Nur Wahid mengatakan, kendala penghimpunan data tersebut sudah dirasa sejak SE dilakukan pada tiga edisi sebelumya. Terakhir pada 2006 lalu.
"Terakhir, pada 2006, itu masih susah. Kalau bicara data kegiatan usaha atau tenaga kerja masih relatif gampang. Yang sulit kalau sudah bicara omzet, itu jarang terbuka," ucap Nur Wahid, dalam Pemetaan Dunia Usaha untuk Menghadapi Era MEA di Hotel Platinum Balikpapan, Selasa (19/4).
Kelompok yang paling sulit untuk kooperatif itu, kata dia, banyak berasal dari usaha perorangan, yang bersifat profesional. Seperti dokter, notaris, ataupun konsultan.
"Entah apakah mereka yang kurang terbuka, atau manajemen laporan keuangannya yang kurang baik, kita tidak tahu," ungkapnya.
Sebagai informasi, SE memang kembali diperbaharui tahun ini, yang merupakan edisi keempat, setelah dilakukan terakhir pada 2006 lalu.
Tujuannya, untuk memetakan kondisi perekonomian, sebagai acuan kebijakan, baik di levek nasional maupun daerah. "Pelaku usaha, terutama investor baru, juga sangat butuh data valid terbaru dari sensus ini," tutup Wahid. (man/pro)