Biodiesel Jamin Ketahanan Energi dan Kesejahteraan Petani

- Rabu, 4 November 2020 | 16:35 WIB
WAKTUNYA HADIRKAN INDUSTRI HILIR: Dengan luas perkebunan mencapai 1,10 juta hektare, saat ini Kaltim mampu memproduksi buah kelapa sawit sebanyak 13,16 juta ton.
WAKTUNYA HADIRKAN INDUSTRI HILIR: Dengan luas perkebunan mencapai 1,10 juta hektare, saat ini Kaltim mampu memproduksi buah kelapa sawit sebanyak 13,16 juta ton.

SENYUM merekah di wajah Imam Munir Maliki, Selasa (3/11). Petani kelapa sawit dari Sangkulirang, Kutai Timur ini tampak puas dengan tumpukan buah kelapa sawit yang sudah tersusun rapi di bak pikap Daihatsu Gran Max miliknya. Penuh. Bahkan tumpukannya lebih tinggi 30 sentimeter dari ukuran bak normal.

“Alhamdulillah, panen hari ini memuaskan. Pas juga saat ini harga sawit lumayan tinggi. Per kilogramnya Rp 1.550,” ungkap Imam kepada Prokal.co. Dia menuturkan, sepanjang tahun ini harga tandan buah segar (TBS) lumayan tinggi. Sama seperti tahun lalu, cenderung stabil. Berbeda dengan dua tahun lalu yang sempat berada di bawah Rp 1.000 per kilogram.

Memang belum mampu menyentuh level tertinggi yang pernah dirasakannya pada awal tahun di kisaran Rp 1.600. Tapi sudah baik karena stabil. Terpenting tidak ikut turun seperti berbagai sektor usaha yang kesulitan bertahan di tengah gempuran pandemi virus corona.

 

-

MASA DEPAN: Pertamina memastikan solar yang beredar di masyarakat Kalimantan sudah dicampur biodiesel sebanyak 30 persen. Tampak salah satu petugas SPBU mengisi tangki pengendara.

 

Apalagi dia dan petani lainnya sudah tidak bingung lagi untuk menjual buah. Dulu, ungkap Imam, dia dan petani lainnya hanya bisa menjual ke pengepul. Itu pun hanya ada tiga di kampungnya. Sehingga harga buah rendah. Mau musim panen atau tidak, harganya tetap rendah. Kini, mereka bisa bernapas lega karena bisa menjual sendiri ke pabrik yang membuka penerimaan buah di kawasan Pelabuhan Maloy.

“Walau butuh energi ekstra untuk mengirim sendiri ke pabrik, tapi pendapatan kami lebih tinggi. Sebulan saya bisa mendapat pemasukan Rp 20 juta,” ujarnya bangga. Adapun kebun yang dia kelola saat ini seluas 6,5 hektare. “Ini uang bersih yang saya terima di luar gaji untuk teman-teman yang membantu pas panen,” sambungnya.

Untuk menjaga stabilitas harga, alumnus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika, Universitas Mulawarman ini bersama rekan-rekannya tengah berjuang di Dinas Perkebunan. Meminta adanya standar harga buah kelapa sawit. Supaya baik pabrik maupun pengepul tidak semena-mena menentukan harga. 

“Saya lihat standar harga ini sudah diterapkan oleh Dinas Perkebunan Kaltim, tapi belum berlaku di kami. Jadi, kami berusaha supaya diberlakukan di Kutim juga, biar ke depannya petani kelapa sawit lebih terlindungi,” terangnya.

-

Hal senada diungkapkan Ketua RT 2, Desa Bukit Harapan, Kaliorang, Sukartin. Kestabilan harga buah sawit menjadi harapan warganya karena hampir seluruhnya menggantungkan hidup dari pertanian. Dia bercerita, bertani sudah dilakukan warganya sejak puluhan tahun lalu. Karena warga yang tinggal di Kecamatan Kaliorang merupakan penduduk transmigrasi di masa pemerintahan Soeharto, tepatnya pada tahun 1989. 

Sebelum beralih ke kelapa sawit, dulu warga di sana memanfaatkan lahan pembagian pemerintah seluas 2 hektare untuk menanam tumbuhan hortikultura. Seperti padi, jagung, hingga pisang. Saat ini banyak petani yang beralih ke kelapa sawit, meski masih ada yang tetap menanam pisang dan padi.

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X