Lawan Isu Negatif Industri Kelapa Sawit

- Selasa, 3 November 2020 | 16:04 WIB
KOMODITAS ANDALAN: Kelapa sawit sudah menjadi tumpuan hidup belasan juta masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, seluruh elemen perlu bergerak bersama melawan kampanye negatif sektor tersebut.
KOMODITAS ANDALAN: Kelapa sawit sudah menjadi tumpuan hidup belasan juta masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, seluruh elemen perlu bergerak bersama melawan kampanye negatif sektor tersebut.

BALIKPAPAN – Keberhasilan Indonesia menjadi penyuplai terbesar minyak nabati di dunia mendapat tantangan luar biasa. Berbagai kampanye negatif terus menghampiri industri kelapa sawit. Termasuk soal deforestrasi, perusakan lahan gambut, hingga eksploitasi anak di bawah umur.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit atau BPDP-KS, Eddy Abdurrachman mengatakan, realitas sekarang menunjukkan Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Karenanya, tidak heran banyak serangan negatif yang ingin menjatuhkan Indonesia, terutama di sektor perkebunan kelapa sawit agar produktivitas terganggu dan menurun.

"Saya ingin memberikan sebuah realita sejarah komoditas yang tentunya bisa menjadi bahan pemikiran bersama. Dalam perjalanan bangsa kita, Indonesia pernah menjadi produsen nomor satu berbagai komoditas yang menjadi kebutuhan dunia. Kita pernah produsen nomor satu rempah-rempah, gula, cengkeh, dan karet. Namun saat ini, kejayaan komoditas-komoditas tersebut telah meredup," ungkap Eddy dalam ajang Fellowship Journalist Batch II garapan BPDP-KS, Rabu (21/10).

-

MELIMPAH: Pekerja Astra Agro Lestari memanen buah kelapa sawit di kebun yang berlokasi di Penajam Paser Utara.

 

Penyebab redupnya kejayaan komoditas tersebut, tambah Eddy cukup beragam. Ada yang karena produktivitas menurun, hantaman isu negatif, inovasi dan riset yang minim, kalah bersaing dengan produk substitusi, tidak adanya diversifikasi produk, dan sebagainya. Oleh karena itu, dia berusaha agar kelapa sawit tidak bernasib serupa.

“Komoditas hasil negeri sendiri ini harus dilindungi. Maraknya isu negatif dilontarkan dengan tidak berdasarkan kepada fakta yang berkembang di masyarakat seringkali dianggap sebagai kebenaran umum. Ini harus kita luruskan bersama,” sambungnya.

Sejumlah isu tersebut, menurut Eddy antara lain anggapan bahwa perkebunan dan industri sawit merupakan penyebab hilangnya hutan tropis, kebakaran hutan dan lahan, hilangnya keanekaragaman hayati, penggunaan tenaga kerja anak di perkebunan sawit, hingga isu minyak sawit tidak baik bagi kesehatan.

Padahal produk-produk sawit terbukti telah mewarnai kehidupan sehari-hari, dari bangun tidur sampai tidur lagi. "Yang familiar mungkin adalah minyak goreng dari sawit. Namun sesungguhnya, konsumsi minyak sawit dan turunannya lebih luas dari itu. Minyak sawit ada dalam produk sabun, sampo, detergen, lipstik, produk kosmetik, personal care, roti, cokelat, biskuit, krimer, margarin, susu formula bayi, dan bahan untuk kasur," jelas Eddy.

-

SEMANGAT: Pekerja membawa buah kelapa sawit dari kebun ke mobil pengangkut dengan memanggulnya.

 

Penggunaan minyak sawit dan turunannya yang merupakan minyak nabati dengan produktivitas tertinggi, lanjut Eddy menjadikan produk-produk tersebut dapat digunakan oleh segenap kalangan masyarakat dengan harga yang relatif terjangkau. "Dengan besarnya peran komoditas sawit tersebut, sangat ironis bahwa kemudian komoditas ini belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri," sesalnya.

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X