Tercemar Lagi, Ketua FPTB Minta Pemerintah Buat Regulasi Pengaturan Wilayah Teluk Balikpapan

- Sabtu, 31 Oktober 2020 | 06:28 WIB
-
-

BALIKPAPAN - Forum Peduli Teluk Balikpapan (FPTB) akhirnya bereaksi dengan adanya pencemaran limbah yang terjadi di perairan Balikpapan kemarin, Kamis (29/10). Mereka pun mengecam  keras adanya pencemaran yang kembali terjadi.

Ketua FPTB David Purba mengatakan bahwa kejadian seperti ini bukanlah yang pertama kalinya. Sejumlah kejadian kelam pernah mencemari Teluk bahkan sampai menghilangkan lima nyawa pada tahun 2018 silam. 

"Jelas ini menjadi keprihatinan kami dari  FPTB, pencemaran di teluk Balikpapan ini sudah sering kali terjadi. Dalam setahun ini saja sudah 3 kali terjadi, dan dari 2 kasus pertama yang terjadi pada Maret dan Mei lalu, pemerintah dan aparat setempat juga tak kunjung ada penuntasan kasus, dari mana asal limbah tersebut berasal dan siapa pelakumya juga sampai saat ini masih belum diketahui," katanya, Jumat (30/10).

Melihat kilas balik persoalan, bahwa kejadian pertama saat itu terjadi pada Maret lalu di pesisir pantai Balikpapan. Dimana pesisir pantai berubah warna menjadi hitam pekat, kasus ini pun sampai saat ini tak kunjung ada kejelasan dari mana asal limbah itu berasal.

Kejadian kedua itu pada Mei 2020 lalu di kawasan jembatan Stalkuda. Sungai yang mengarah ke teluk Balikpapan tersebut berubah warna menjadi hitam pekat, sama halnya dengan yang terjadi dikawasan pesisir pantai Balikpapan, sampai saat ini juga tidak tuntas.

"Dan yang terbaru, pada Oktober ini dibelakang kawasan sie wive ini, air berubah menjadi warna cokelat, kita juga belum tahu ini dari kapal yang beroperasi dikawasan teluk Balikpapan, limbah rumah tangga atau perusahaan disekitar pesisir pantai, dan parahnya lagi dikejadian yang ketiga ini banyak ditemukan ikan-ikan kecil mati. Divideo yang banyak tersebar itu, tentu ini bisa dimungkinkan limbah berbahaya," terangnya.

Ia menegaskan bahwa seharusnya Pemerintah saat ini bisa memberikan atensi terhadap perlindungan di kawasan Teluk Balikpapan. Sebab Teluk Balikpapan ini bukan lagi sebagai kawasan habitat laut seperti ikan pesut dan biota laut lainnya, tapi banyak masyarakat, pesisir khususnya menggantungka hidupnya di perairan ini.

"Kalau ini terus terjadi tentunya bukan hanya ikan dan pesut yang terancam, keberadaan nelayan disekitar pun bisa dimungkinkan turut terancam, yang akan semakin sulit mencari nafkah," tegasnya.

Lanjut dia, Pemerintah harusnya membuat regulasi pengaturan wilayah di Teluk Balikpapan sesegera mungkin. Sebab menurut David hal itu bisa mencegah dan membatasi aktivitas pelaku usaha di sekitar Teluk Balikpapan.

"Entah itu membagi antara kawasan industrial dan kawasan konservasi di teluk Balikpapan, karena pencemaran limbah di teluk Balikpapan ini bisa dipastikan erat kaitannya dengan aktivitas yang ada di teluk Balikpapan," pungkasnya.

Perlu diketahui, pencemaran Teluk Balikpapan oleh limbah ini terjadi pada sekira pukul 11.00 Wita. Dimana air tiba-tiba saja berubah warna menjadi keruh kecoklatan. (rin/pro)

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X