Kondisi Sulit, Pendapatan “Melilit”, Ojek Online Ini Tetap Setia Berbahan Bakar Pertamax

- Selasa, 20 Oktober 2020 | 12:23 WIB
Pertamax memiliki oktan tinggi yakni 92. Membuat pembakaran bahan bakar pada kendaraan jauh lebih sempurna.
Pertamax memiliki oktan tinggi yakni 92. Membuat pembakaran bahan bakar pada kendaraan jauh lebih sempurna.

Sudah hampir delapan bulan, perekonomian masyarakat diterpa hantaman badai pandemik virus Corona. Tak hanya di Indonesia. Tapi hampir di seluruh dunia. Semua sektor kena imbasnya. Penghasilan tergerus sedikit demi sedikit. Pengeluaran kebutuhan hari-hari terpaksa diirit.  

Ojek online atau ojol juga terdampak. Sepi penumpang. Orderan tak banyak. Namun, di tengah kondisi sulit, ojol- ojol enggan berpaling bahan bakar. Mencari lebih murah, harga hemat. Bagi ojol ini, ekonomi boleh lesu. Tapi isi bahan bakar kendaraan tetap harus pilih yang terbaik; pertamax. Mengapa?

========================================

Matahari pagi belum juga muncul. Sinarnya belum ada nyengit masuk ke kulit. Suara ayam pun masih ramai bersahutan. Saprika Sanjaya (23) sudah siap di teras depan rumah. Di tangan kanan dan kiri ada jaket, sarung tangan, dan helmnya. Sembari memanaskan mesin sepeda motor. Pagi itu jarum jam masih menunjukkan pukul 05.30 Wita. Di rumahnya di kawasan Stalkuda RT 19, pemuda ini sudah bergegas kerja. Sehari-hari ia menjalani pekerjaan sebagai driver ojek online Gojek. “Kalau berangkat pagi gini, ada aja dapat orderan penumpang. Biasanya ibu-ibu yang mau ke pasar,” ujar Saprika, kepada media ini.

-

Saprika saat mengisi bahan bakar pertamax di SPBU DAM MT Haryono Balikpapan. Ia tak akan beralih bahan bakar karena sudah merasakan sendiri keunggulan pertamax untuk kendaraan.

 

Saprika baru dua tahun setengah menjadi driver Gojek. Awalnya, ia punya keinginan kerja di perusahaan. Sesuai bidang yang diimpikan. Sengitnya persaingan mencari kerja ditambah pukulan pandemi Corona, membuat impian Saprika terpaksa harus di pending dulu. “Sudah beberapa kali coba masukan lamaran. Tapi belum ada panggilan. Ngisi waktu kosong, saya iseng daftar driver Gojek. Eh, keterusan,” kata pemuda berkulit sawo matang ini.

Biasanya, Saprika tak pernah berangkat lebih pagi gini. Sebelum pandemi, biasanya ia baru start cari orderan pukul 06.30 wita. “Gara-gara corona, sepi banget orderan. Sebelum corona, banyak aja nyantol orderan anak sekolah. Selang sejam, nyantol lagi orang-orang pekerja. Rame, Mas,” kata Saprika.

Meski sepi dan kondisi telah berubah, Saprika tak mau patah arang. Ia harus tetap semangat narik orderan. Kepalanya tetap berputar mencari solusi. Tetap bangun pagi. Sasar orderan ibu-ibu ke pasar. “Kadang juga ndak banyak ibu-ibu yang ke pasar. Zaman corona ini pokoknya berubah lah kondisinya,” kata Sapri—sapaan akrabnya.

Dalam sehari, ia mengaku mendapatkan orderan tak lebih dari 8 orderan. Itu sudah termasuk orderan antar penumpang, kirim barang, dan pesan makanan. “Kalau dulu, bisa sampai 15 orderan. Kalau pas restaurant atau rumah makan ada promo, bisa sampai lebih 15 orderan,” katanya.

Saprika tak mau terus-terusan mengeluh. Dapur orang tua dan keluarga harus tetap mengepul. Saprika tak punya jalan lain. Kecuali semangat dan ikhtiar. Ia belum punya rencana lain selain melakoni pekerjaan sebagai ‘Abang Gojek’ ini. “Kondisi ekonomi sekarang bener-bener beda. Terdampak semua sektor usaha. Mau kerja lain juga banyak pengurangan tenaga kerja di perusahaan,” katanya

Seminggu, pendapatan Saprika bak air laut. Pasang dan surut. Kadang dapat Rp 500 ribu. Kadang hanya Rp 300 ribu. “Ndak nentu. Alhamdulillah kadang ada saja penumpang yang kasih saya tip atau uang tambahan,” katanya.

Berkurangnya pendapatan membuat Sapri harus pintar-pintar mengakali pengeluaran. Cari yang lebih murah namun tetap bertahan. Misalnya seperti beras. Biasa ia beli beras dengan merek bernama. Kini ia ganti dengan beras merek biasa. Begitu juga gula, sabun, pasta gigi, dan minyak goreng. “Lampu yang ndak terpakai, saya kurangi. PDAM juga sama. Ngirit-ngirit pokoknya. Termasuk uang jajan ngopi bareng teman-teman. Kalau dulu ngopi di warkop sambil nunggu orderan. Sekarang cari tempat nongkrong yang gratisan. Bawa minum sendiri dari rumah, ha-ha-ha,” kata Sapri.

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X