Omset Nelayan Ini Meningkat hingga Puluhan Juta Berkat CSR Pertamina

- Selasa, 29 September 2020 | 14:52 WIB
-
-

BALIKPAPAN- Pemanfaatan optimum dari pembudidayaan kepiting atau akrab disebut zero waste telah berhasil dilakukan oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB) Patra Bahari Mandiri, sebuah Kelompok Nelayan binaan dari Pertamina Marketing Operation Region VI Integrated Terminal Balikpapan dari tahun 2018 sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility.

Omset hingga 40 juta rupiah telah dikantongi KUB ini akibat tempat yang semakin nyaman dikunjungi dan pemasaran yang baik.

Berlokasi di Desa Solok Oseng RT 3, Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat, kini kampung ini terkenal dengan sebutan kampung nelayan berdasi.

Berkat kegigihan dari nelayan-nelayan pesisir yang ingin bergerak mengubah nasib keluarganya, Rustam bersama beberapa orang lainnya dengan pengalaman yang dimiliki memulai mencari cara bagaimana mendapatkan hasil lebih dari tangkapannya sehari-hari dikarenakan menjadi nelayan tidak memiliki pendapatan yang pasti.

Roberth MV Dumatubun, Region Manager Comm, Rel & CSR Kalimantan mengungkapkan, “Sejak tahun 2018, Pertamina menjajaki potensi yang ada di daerah tersebut dimana kelompok nelayan sendiri belum mencapai 15 orang seperti sekarang. Pertamina melihat adanya kemauan dari masyarakat setempat dan lokasi yang cukup strategis untuk dikembangkan bukan hanya dari pembudidayaan tetapi sebagai lokasi wisata edukasi,”

Pendirian fasilitas budidaya kepiting soka dan penggemukan kepiting bakau telah dilaksanakan pada tahun 2018. Nelayan sekarang memiliki lebih kurang 300 crab box untuk pembudidayaan kepiting soka.

Syarat kepiting bakau yang dapat dibudidayakan sebagai kepiting soka (kepiting cangkang lunak) yaitu kepiting yang memiliki berat lebih kurang 25 gram. 

Adanya fasilitas tersebut, nelayan yang semula menjual hasil tangkapannya kepada pengepul untuk dijual lagi di pasar dengan harga hanya 25-40 ribu/kg kini mereka dapat menjual kepiting dengan kisaran 75-80 ribu/kg.

Sedangkan, untuk kepiting soka dapat dihargai 100 ribu per satu kg berkat packaging yang rapih dan kualitas kepiting yang dapat bersaing di pasaran. 

Lebih lanjut Roberth menambahkan, Pertamina juga bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin pada tahun 2018 untuk inovasi penggunaan ekstrak herbal (ekstrak bayam) untuk merangsang proses percepatan molting (pelepasan kulit dan pergantian cangkang keras) dengan kisaran waktu molting, 14 hari lebih cepat dari molting secara alami.

Tidak selesai sampai di sana, Pertamina juga bekerjasama dengan Institut Teknologi Kalimantan (ITK) untuk melakukan inovasi kembali memanfaatkan limbah cangkabg kepiting soka untuk dibuat menjadi inovasi kaldu kepiting.

ITK melakukan pendampingan bersama Pertamina baik dari penyediaan alat, pelatihan, packaging, dan bantuan pemasarkan produk. Inovasi kaldu bubuk tersebut saat ini terkenal dengan produk "braco". Produk tersebut telah memiliki nomor PIRT dan dipasarkan melalui online market.

“Ampas atau sisa dari pembuatan Braco ini juga masih dimanfaatkan menjadi pelet atau makanan ikan  pada tambak yang juga dibantu pembuatannya oleh Pertamina seluas 2 Hektar,” Terang Roberth.

Baik dari kepiting bakau yang dewasa dan kepiting soka, KUB Patra Bahari Mandiri sudah memiliki langganan untuk memasok resto dan café yang ternama di Kota Balikpapan, dan tak sedikit orang yang datang ke Kampung Nelayan Berdasi untuk membeli kepiting  tersebut.

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Dishub PPU Desak Pemprov Bangun Terminal Tipe B

Sabtu, 27 April 2024 | 10:30 WIB

DPRD Berau Soroti Ketahanan Pangan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:57 WIB

Kampus dan Godaan Rangkap Jabatan

Sabtu, 27 April 2024 | 08:44 WIB

Camat Samboja Barat Tepis Isu Dugaan Pungli PTSL

Kamis, 25 April 2024 | 18:44 WIB

Sembilan Ribu Anak di PPU Diberi Seragam Gratis

Kamis, 25 April 2024 | 18:00 WIB
X