BALIKPAPAN – Belajar daring selama berapa bulan terakhir ini dilakukan oleh siswa. Imbas pandemi, mereka tidak bisa belajar secara tatap muka langsung. Namun sayangnya kondisi serupa tidak bisa berjalan bagi mereka yang menempuh pendidikan melalui pondok pesantren.
Ini yang jadi perhatian anggota Komisi IV DPRD Balikpapan Parlindungan. Dia mengaku, ada warga yang menyampaikan keluhan ini. Di mana, orangtua santri khawatir jika anak-anak sudah mulai kembali ke pondok pesantren. “Mereka takut ada potensi tertular, jadi sebagian anak masih belum kembali ke pondok,” ucapnya.
Warga meminta minta bantuan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Namun dia menyadari sulit karena kewenangan atau domain dari pondok pesantren berada di Kementerian Agama. “Seharusnya ada kesamaan persepsi untuk seluruh siswa,” sebutnya.
Dia mengatakan wajar jika santri saat ini kesulitan karena mereka tidak bisa mengikuti sistem belajar daring. Mengingat pondok memiliki aturan hingga kurikulum khusus. “Tidak bisa daring karena kegiatannya semua diatur dalam pondok. Padat kurikulum,” imbuhnya.
Ibaratnya kegiatan santri berjalan dari subuh sampai ketemu subuh lagi. Mulai dari belajar mata pelajaran konvensional, mengaji, hafalan, dan sebagainya. Parlindungan menyarankan agar santri yang keluar masuk pondok pesantren memiliki riwayat kesehatan yang terjamin aman.
Misalnya setiap sebelum masuk pondok, baik santri hingga pengurus menjalani swab test. Sehingga yang benar-benar masuk nanti terjamin kesehatannya. Bebas dari paparan virus. “Setelah itu mereka masuk pondok tidak ada keluar lagi, jadi tidak sosialisasi dengan luar,” sebutnya.
Dia berharap pondok pesantren mempertimbangkan opsi tersebut. Sehingga kegiatan pondok bisa berjalan lagi. Sebab sebagian santri masih memilih di rumah, orangtua takut anaknya kembali ke pondok. “Jadi mungkin ada semacam lockdown lokal di pondok,” tutupnya. (din/pro)