JAKARTA--Pandemi infeksi virus Covid-19 yang terjadi saat ini secara tidak langsung memaksa semua orang untuk melakukan adaptasi di berbagai bidang, terutama pendidikan. Yakni, guru dituntut harus tetap mengajar meskipun dilakukan dengan metode pembelajaran secara daring (online).
Namun, di tengah jalannya proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berbasis online ini ternyata terdapat berbagai tantangan serius. Di antaranya, tidak meratanya teknologi di sekolah tiap-tiap wilayah, guru yang kurang paham akan teknologi atau gaptek, keterbatasan akses teknologi seperti jaringan, alat, bahkan kouta yang tidak terpenuhi. Tantangan lainnya adalah hubungan guru dengan orang tua siswa dalam metode daring, karena selain guru yang gaptek orang tua sekalipun banyak belum memahami akan teknologi.
Dalam paparannya, Rhenald Kasali selaku akademisi dan founder Rumah Perubahan menjelaskan bahwa kondisi guru atau dosen yang sekarang masih banyak yang gagap teknologi alias gaptek. Tetapi dengan terus dipaksa akhirnya bisa dan terbiasa atau mahir menggunakan teknologi dalam PJJ.
“Bahkan dosen di UI juga mengalami. Jadi, guru jangan cemas karena gaptek," ujar Rhenald saat memberikan paparan dalam Webinar dan Workshop "Self Driving for Teacher : Menciptakan Pola Belajar yang Efektif dari Rumah, Sabtu (2/5).
Selain itu, kendala lainnya adalah masih banyak guru, dosen, siswa, maupun mahasiswa yang tidak memiliki perlengkapan memadai untuk menjalankan PJJ. Bahkan di daerah tertentu jaringan internetnya masih 3G atau bahkan 2G. Dia mengatakan beruntung bagi masyarakat yang sudah bisa menikmati layanan internet 4G.
"Kondisi ini memang tak mudah juga bagi guru. Bahkan, guru juga masih bingung bagaimana untuk menyusun rapor. Ya sudah (mungkin nanti) dicocok-cocokin saja! Karena nilai rapor tidak laginhanya terkait nilai akademik saja, tapi juga perilaku atau attitude siswa," kata Rhenald.
Oleh sebab itu, Rhenald mengingatkan kepada seluruh pihak termasuk pemerintah untuk berkomitmen dan konsisten dalam menyelesaikan masalah di dunia pendidikan. "Kita butuh komitmen untuk perubahan ke depan. Ibaratnya kuliah, jika tidak ada komitmen dan konsistensi maka tidk akan sampai skripsi dan wisuda," pungkasnya. (cha/pro)