Mayoritas Kebakaran Justru di Lahan Non-Sawit

- Jumat, 30 Agustus 2019 | 14:46 WIB
UPAYA BERSAMA: Kepala BPBD Paser Edward Effendi memimpin Apel Kesiapsiagaan Karhutla di PT BIM, Pasir Belengkong, kemarin (28/8).
UPAYA BERSAMA: Kepala BPBD Paser Edward Effendi memimpin Apel Kesiapsiagaan Karhutla di PT BIM, Pasir Belengkong, kemarin (28/8).

Langit kemarau menaungi Kaltim, setidaknya dua bulan terakhir. Awal Juli lalu, pemerintah pun menyatakan status siaga akan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), untuk rentang waktu tiga bulan.

Rabu (28/8), PT Borneo Indah Marjaya (BIM) di Desa Laburan, Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, menggelar Apel Kesiapsiagaan penanganan karhutla. Bekerja sama dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Seremonial yang menandakan kesiapan, atas status siaga karhutla sejak hampir dua bulan belakangan. 

"Status siaga ditetapkan berdasarkan analisis cuaca. Kali ini jangka waktunya tiga bulan. Sejak Juli lalu, sampai akhir bulan depan," ujar Edward Effendi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Paser.

Menurutnya, risiko karhutla justru lebih besar terjadi pada masyarakat umum. Bukan korporasi perkebunan. Pasalnya, di daerah seperti Paser, warga memang sudah lama terbiasa membuka lahan dengan cara membakar seperti itu. Baik untuk pertanian atau keperluan lainnya.

"Kita memang mewaspadai ketidaksengajaan. Tapi yang sengaja juga ada. Kalau dari BPBD, kami siaga setiap saat, memantau titik api. Juga koordinasi dengan banyak pihak. Dari warga, sampai tim penanggulangan di perusahaan," jelasnya.

Edward pun mengapresiasi upaya yang selama ini dilakukan PT BIM dan PT PPS untuk mengantisipasi dan menanggulangi bencana kebakaran lahan. Baik itu dari sisi personel, peralatan, maupun sistem.

"Di Paser ada banyak perusahaan sawit. Tapi tidak semuanya sebagus dan selengkap PT BIM dalam kesiapan penanganan karhutla. Salah satu pembedanya barangkali karena standar dari holding-nya, PT Astra Agro Lestari, yang memang lebih ketat," kata Edward.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmad menyebut, kesiapan penanganan karhutla harusnya dipenuhi semua subsektor perkebunan. Tak hanya kelapa sawit. 

" Bahkan, dari sisi risiko dan dampak, kebun karet itu lebih riskan. Makanya aspek ini jadi perhatian kami juga," ujar dia.

Salah satu upaya untuk memastikan penerapan penanggulangan karhutla, Ujang mengatakan, aspek ini menjadi salah satu prasyarat dalam perizinan perkebunan. Apapun komoditasnya.

"Jadi, kita tidak bisa keluarkan izin, kalau perusahaan dianggap tak cukup mumpuni dalam menanggulangi karhutla. Seperti di PT BIM inilah contohnya. Dari sisi personel, peralatan, dan sistem, semuanya saya rasa siap siaga," jelas dia.

Sementara itu, Ahmad Wahyudi, selaku Fire Protection Manager PT Astra Agro Lestari Tbk mengajak semua pihak terlibat dalam penanggulangan bencana karhutla. Dampak kemarau panjang pada 2015 lalu, disebutnya sebagai pelajaran.

"Di Kaltim mungkin tak separah Riau atau Kalteng. Tapi bukan berarti kita tidak berisiko sama. Makanya, kami instruksikan semua perusahaan perkebunan di bawah naungan Astra Agro Lestari untuk menyiapkan uoaya terbaik," jelasnya.

Selain melengkapi perusahaan dengan perangkat, personel, dan sistem penanggulangan terpadu, juga dengan melibatkan warga, melalui Masyarakat Peduli Api (MPA).

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Safari Ramadan Kukar, Serahkan Manfaat JKM

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:29 WIB
X