Kisah Heroik Sekkot Sugeng Kibarkan Merah Putih di Mahameru

- Senin, 19 Agustus 2019 | 19:04 WIB
Sugeng (kanan) memegang bendera sesaat tiba di puncak Semeru.
Sugeng (kanan) memegang bendera sesaat tiba di puncak Semeru.

Gunung menjadi kawan akrab Sugeng Chairuddin setiap 17 Agustus. Demi berkibarnya sang Merah Putih di puncak ancala. Meresapi perjuangan merebut kemerdekaan.   

 

 

HARI kemerdekaan Republik Indonesia yang diperingati setiap 17 Agustus selalu diwarnai dengan upacara. Tujuannya, mengenang jasa para pahlawan. Acara tempat peringatan juga beragam. Salah satunya dilaksanakan di puncak gunung. Cara itu rutin ditempuh Sekretaris Kota (Sekkot) Samarinda, Sugeng Chairuddin. 

Tahun lalu peringatan HUT ke-73 proklamasi RI dilewati Sugeng dengan mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Ciremai. Ketinggiannya, 3.078 meter di atas permukaan laut (MDPL). Sementara di HUT ke-74 proklamasi RI tahun ini, Sugeng mengibarkan bendera negara di puncak Semeru alias Mahameru. Ketinggian 3.676 MDPL. 

Sugeng mendaki Gunung Semeru ditemani anaknya. Chaidir Adlan. Pejabat Pemkot Samarinda juga ikut mendaki. Ada Asisten III Ali Fitri Noor, Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Samarinda Hermanus Barus, Kepala Dispora Erham Yusuf. Serta beberapa pejabat dan staf lainnya. Termasuk keluarga besar Stapala (kelompok pencinta alam Sekolah Tinggi Akuntansi Negara).

Namun, untuk summit attack (pendakian ke puncak) Mahameru, tidak semua berhasil mendaki. Apalagi melihat pendakian menuju Pos Kalimati dari Pos Ranu Pani yang sudah melelahkan. Sekitar 8 jam perjalanan. Sementara istirahat tidur hanya sekitar dua jam. Sebab, pukul 00.00 harus memulai pendakian ke puncak. Dengan waktu tempuh 5–9 jam. Bergantung kondisi. 

Sugeng bertekad kuat untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung tertinggi Pulau Jawa itu. Puncak abadi para dewa. Apalagi kali ini ditemani putranya. Sugeng semakin termotivasi untuk menggapai puncak. “Insyaallah kita semua bisa ke puncak mengibarkan bendera Merah Putih. Tetap fokus, jangan sombong, teruslah bibir kita berdoa,” ucap Sugeng memotivasi, sebelum memulai pendakian yang diselimuti udara dingin mulai ketinggian 2.700 MDPL di Kalimati hingga 3.676 MDPL di puncak Mahameru. 

Jika mendaki Mahameru, pendaki akan selalu melewati suatu daerah yang bernama Arcapa. Di tempat ini, rute yang dilalui cukup sulit. Juga menantang. Beberapa kali harus melewati tanjakan maut. Disertai jurang di sebelah kanan-kiri. Ternyata tidakgampang meraih puncak Mahameru. Sugeng mampu meraih puncak setelah delapan jam pendakian. Dia harus merelakan lebih dulu kepada anaknya yang sampai lebih awal.

Begitu pula dengan Hermanus Barus. Juga sampai di summit attack. “Luar biasa semangat Pak Sugeng yang tetap fokus untuk meraih puncak. Saya sempat melihat beliau tertidur tiga kali. Sekitar 15 menitan di tengah pendakian. Saya juga sempat tertidur. Salat Subuh di tengah pendakian, doa beliau khusyuk betul,” ungkap Eko Santoso, owner Adventure Lava Pijar. 

Gokong–demikian Eko disapa–kagum terhadap semangat pantang menyerah Sugeng. “Beliau menatap bendera puncak dengan optimistis walau tenaga terkuras. Luar biasa ekspresi Pak Sugeng dan anaknya ketika sampai di puncak. Seperti hilang badan yang lemas saat mendaki, menjadi bugar lagi. Apalagi beliau mengaku senang melihat sunset yang terlihat dekat,” kata Gokong. 

Lanjut dia, tidak memang tidak gampang meraih puncak Mahameru seperti dalam Film 5 CM. “Heroik banget. Pak Sugeng dan teman-teman harus saling kompak menghindari gelindingan batu. Jika tidak kompak, bisa mengenai diri. Kalau ada batu yang menggelinding, selalu teriak memberi kode bahwa ada batu, sehingga bisa dihindari dan bahkan menghentikan lajunya batu. Namun, kita juga sudah safety, menggunakan helm,” beber Gokong. 

Diketahui, rombongan Stapala yang ikut mendaki bersama Sugeng rata-rata berusia 50 tahun ke atas. Adapun Sugeng berusia 53 tahun sedangkan Hermanus 55 tahun. Tetapi ada pula pendaki kakak-beradik yang berusia 15 tahun. Yakni Zaufanie dan Tisztan. Keduanya berusia 13 tahun. Sampai di puncak bersama ayahnya, Tri Budi Raharjo yang kelahiran  1972.

“Komplet kita mengibarkan bendera Merah Putih di semua kalangan umur. Ada anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Semoga semangat ini terus berkobar untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan bumi pertiwi ini,” tutur Sugeng. (doni/riz/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X