Kasur Terendam, Kue Lebaran Mengambang

- Rabu, 5 Juni 2019 | 18:12 WIB
Kediaman Yulianti Basri di RT 23, Kelurahan Api-Api, Selasa (4/6/2019) pagi. Air semakin meninggi saat siang hari.
Kediaman Yulianti Basri di RT 23, Kelurahan Api-Api, Selasa (4/6/2019) pagi. Air semakin meninggi saat siang hari.

PEREMPUAN berkacamata itu gelisah. Saat berada di penghujung Ramadan. Ketika mentari tak lama lagi menunjukkan pesonanya. Bukan karena santapan sahur tidak tersedia. Dia waswas melihat luapan air sungai yang perlahan mulai menyerbu rumahnya. 

Sekitar pukul 05.00 air benar-benar menyeruak ke rumahnya. Kasur terendam. Kulkas jatuh. Dan yang membuatnya semakin mengelus dada, kue Lebaran ikut mengambang. Penganan itu dibuatnya sendiri. “Saya buat sampai punggung sakit,” katanya. 

Yulianti Basri, perempuan itu, bahkan sudah tidak bisa membedakan kuah coto makassar dan luapan air sungai. Semuanya bercampur. “Mau nangis, tapi (ketawa) ngakak,” ujarnya berusaha menghibur diri. 

Ketika sang surya semakin meninggi, debit air semakin bertambah. Hampir 1,5 meter. Yuli bersama suaminya memutuskan mengungsi. Hengkang dari rumah bercat kuning yang memiliki tiga kamar itu. Menuju rumah mertuanya yang memiliki bangunan lebih tinggi.

Dia sebenarnya sudah memprediksi bakal terjadi banjir. Mengingat rumahnya berada tak jauh dari aliran Sungai Bontang. Di Gang Amaliyah, RT 23, Kelurahan Api-Api. Namun, tak mengira bakal separah itu. 

Yuli merupakan satu dari ratusan warga Bontang yang terpaksa merayakan Lebaran dengan kondisi kebanjiran. Banjir terbesar sejak 34 tahun. Terburuk sejak kota ini berdiri. 

Dia berharap pemerintah bisa menuntaskan masalah ini. Mengingat banjir sudah seperti kejadian rutin. Terutama ketika musim penghujan. (edw)

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X