Duh, Anak dari Keluarga Perokok Berpeluang Menderita Stunting

- Sabtu, 25 Mei 2019 | 03:18 WIB
(Foto : ilustrasi / dok.Jawa Pos)
(Foto : ilustrasi / dok.Jawa Pos)

JAKARTA--Banyak orangtua saat in yang tidak terlalu memperhatikan gizi anak-anaknya. Bahkan, sebagian orangtua cenderung lebih mengutamakan rogoh koceknya tiap hari hanya untuk membeli sebungkus rokok. Secara tak sadar, rokok merupakan salah satu penyebab anak menderita stunting.

 

Peneliti Utama South East Asia Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Center for Food and Nutrition (RECFON), Umi Fahmida membeberkan, belanja rokok di Indonesia menjadinpengeluaran terbesar ketiga  dalam rumah tangga yakni sebesar 12,4%. "Ini setara dengan jumlah uang yang dikeluarkan sayur mayur (8,1%), telur dan susu (4,3%)," terang Umi di Jakarta, Jumat (24/5). 

 

Menurutnya, jika uang rokok disisihkan maka akan sangat berguna untuk keragaman pangan yang bermanfaat bagi peningkatan gizi anak. Berdasarkan hasil analisis data Indonesian Family Life Survey (IFLS) menyebutkan bahaa anak dari keluarga perokok berpeluang stunting lebih besar dari anak keluarga bukan perokok. 

 

Adanya kondisi ini, Umi menegaskan bahwa akar  persoalan stunting  ada 3 hal. Pertama, asupan gizi anak yang buruk. Kedua, seringnya anak sakit sehingga penyeraoan zat gizi anak tidak optimal. Ketiga, pengaruh pola pengasuhan keluarga. "Faktor keluarga ini yang pengaruhnya cukup besar," katanya. 

 

Oleh karena itu, Manager Riset dan Konsultasi SEAMEO RECFON, Grace Wangge menambahkan bahwa pendidikan gizi di tengah masyarakat Indonesia sangat diperlukan.  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan  SEAMEO RECFON akan terus mengembangkan pendidikan gizi yang meneraokan konsep PAUD Holistik Integratif (PAUD-HI). SEAMEO RECFON dalam hal ini juga akan melakukan pelatihan untuk guru PAUD mengenai penyampaian materi pendidikan gizi untuk orangtua. 

 

Sekarang ini, lanjut Grace, rendahnya pendidikan gizi di masyarakat dapat dilihat dari komposisi asupan makanan yang diberikan kepada anak saat masih di dalam kandungan hingga anak beruaia 2 tahun. Menurutnya, dalam jangka panjang, stunting tidak hanya mengakibatkan masalah pada masa depan balita itu sendiri. Tetapi akan menjadi masalah trans-generasi. 

 

"Gejala ini sudah biaa dilihat dari ibu yang pendek , cenderung akan mempunyai juga anak yang stunting. Ingat, tubuh yang pendek akibat faktor genetik dan kekurangan gizi itu berbeda ya," ungkap Grace.

 

Halaman:

Editor: nicha-Nicha JKT

Rekomendasi

Terkini

X