Domba Hitam

- Senin, 29 April 2019 | 10:27 WIB

Banyak masjid tidak laksanakan salat Jumat. Pada hari Jumat kemarin. Di Sri Lanka. Bukan takut pembalasan dari umat Kristen. Tapi takut ada kelanjutan bom dari kalangan Islam radikal sendiri. Akibat kecaman umat Islam pada pelaku pengeboman itu.

Salah satu yang tetap menyelenggarakan salat Jumat adalah masjid Jami' Colombo.  Itu pun di bawah penjagaan tentara bersenjata. Dan yang salat tidak seberapa. Lebih banyak tentaranya.

Bom bunuh diri Minggu lalu itu memang mengejutkan. Serentak di empat hotel, satu gereja dan satu perumahan. Ledakan di perumahan ini terjadi saat polisi lagi menggerebek perumahan itu. Lima jam setelah peledakan di gereja. Hotel yang dibom adalah Shangrila, Cinnamon Grand, Kingsbury dan hotel kecil Tropical Inn. 

Intelijen Barat sebenarnya  sudah mengingatkan. Bahkan intelijen India sudah mengirim dokumen tertulis. Dalam tulisan sandi. Yang dikirim 10 hari sebelum kejadian. Sasarannya pun sudah diinfokan: gereja Katolik. Begitulah harian New York Times mengungkap. Menyiarkan juga dokumen itu. Lihatlah fotonya. 

Pihak keamanan Sri Lanka dinilai abai dalam menerima peringatan itu. Empat hari setelah pengeboman Menteri Pertahanan Sri Lanka mengundurkan diri. Ia memang dianggap yang paling bertanggung jawab. Jelas-jelas mengabaikan peringatan itu.

Logika umum di Sri Lanka memang begitu. Tidak mungkin gereja dibom oleh orang Islam. Hubungan Islam-Kristen di Sri Lanka sangat mesra. Mungkin merasa sesama minoritas. Islam hanya 9 persen di Sri Lanka. Kristen 8 persen.

Kalau toh kadang ada kekerasan adalah antara Budha (70 persen) dan Islam. Atau dengan Hindu (15 persen). Atau kekerasan di antara aliran politik di internal kekuasaan.

Barat memang terus memonitor gerakan ekstrimis. Apalagi setelah ISIS dinyatakan kalah total di Syiria. Kota-kota yang dikuasai ISIS sudah ditaklukkan. Para pejuang ISIS tidak punya basis lagi. Meninggalkan Syiria. Menyebar ke mana-mana.

Ada yang kembali pulang ke negara asal masing-masing. Ada yang mencari sasaran lain untuk meluapkan kekecewaan. Menyasar mana saja. Tentu mereka memilih yang banyak konflik di dalam negerinya. Bisa ndompleng kekacauan di situ.

Salah satunya adalah Sri Lanka. Yang pemimpin politiknya baru saja saling sikut. Saling gusur. Saling merebut kekuasaan. Saling menduduki parlemen. 

Polisi akhirnya menemukan. Terlambat. Yang mengebom enam gereja dan hotel di Colombo itu adalah Jamaah Tauhid Nasional. Jaringan ISIS di Sri Lanka. Yang latihan fisik mereka di gym di Colombo. Atau dengan cara main sepak bola bersama tim lokal.

Lokasi persiapannya pun diketahui: di Ampara Saithamaruthu. Tidak jauh dari kota Batticaloa. Yakni kota terpenting di pantai timur Sri Lanka. Yang di zaman dulu pernah jadi ibukota negara.

Saat polisi menggerebek Ampara terjadi baku tembak. Dan letusan bom. Tapi semua ekstrimis di situ berhasil ditangkap. Termasuk wakil ketuanya. Sedang ketuanya sendiri ditemukan jenasahnya: di reruntuhan bom di Hotel Shangrila Colombo.

Sang ketua adalah Mohamad Hasim Mohamad Zahran.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X