WCP Dinilai Berhasil Dongkrak Publikasi Ilmiah Indonesia

- Jumat, 29 Maret 2019 | 01:17 WIB
Para narasumber yang hadir dalam acara diskusi buku “Kontribusi Ilmuwan Diaspora dalam Pengembangan Sumber Daya Iptek dan Dikti di Indonesia” di Century Park Hotel Jakarta. (Foto : kemristekdikti for Kaltim Post)
Para narasumber yang hadir dalam acara diskusi buku “Kontribusi Ilmuwan Diaspora dalam Pengembangan Sumber Daya Iptek dan Dikti di Indonesia” di Century Park Hotel Jakarta. (Foto : kemristekdikti for Kaltim Post)

JAKARTA--Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yanb sejak tahun 2016 menggelar World Class Professor (WCP) ternyata membuahkan hasil. Sekretaris Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti, Prof. John Hendri mengungkapkan bahwa sejak hubungan pemerintah dengan diaspora terbentuk melalui program WCP dan SCKD, ada banyak peran dan dampak yang telah didapatkan pemerintah dari kerja para ilmuwan diaspora selama ini. Salah satunya ialah peningkatan publikasi ilmiah Indonesia di jurnal internasional yang cukup signifikan.

 

“Keberadaan diaspora juga sangat membantu, terutama bagi masyarakat yang ingin menuntut ilmu di luar negeri," ungkap John Hendri dalam acara diskusi buku “Kontribusi Ilmuwan Diaspora dalam Pengembangan Sumber Daya Iptek dan Dikti di Indonesia” di Century Park Hotel Jakarta, baru-baru ini. 

 

 World Class Professor (WCP) dan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) merupakan ebuah program yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, bekerja sama dengan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I4) dan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), sebagai wadah pertemuan antara ilmuwan diaspora dengan ilmuwan dalam negeri untuk berkolaborasi, menghasilkan inovasi bermutu yang tidak hanya berguna bagi bangsa sendiri, tetapi juga bagi bangsa di dunia. 

 

Per 28 November data dari SCOPUS menunjukan publikasi ilmiah internasional Indonesia sebanyak 24.883 jurnal, jauh diatas Singapura 19.767 jurnal dan Thailand 15.018 jurnal.  

 

Narasumber diskusi yang merupakan penulis dan editor buku, Prof. Deden  Rukmana dari Alabama A&M University, Amerika Serikat yang turut hadir di dalam acara ini menerangkan,   dari segi kuantitas dan kualitas, diaspora Indonesia masih di bawah China, India, dan Korea. "Tapi kami (diaspora), terus mengupayakan yang terbaik untuk bangsa. Salah satu upaya yang kami lakukan di antaranya adalah yang terdapat dalam buku ini,” ungkapnya.

 

Buku “Kontribusi Ilmuwan Diaspora dalam Pengembangan Sumber Daya Iptek dan Dikti di Indonesia” ini sendiri dibagi dalam 5 bagian. Salah satunya membahas tentang “Sekilas tentang Ilmuwan Diaspora dan Penguatan Pendidikan Tinggi di Indonesia”, yang ditulis oleh Deden Rukmana dan Zulfan Tadjoeddin. Bagian ini membahas tentang kegiatan WCP 2016 dan SCKD 2017 dan peran ilmuwan diaspora dengan dunia riset dan pendidikan tinggi di Indonesia. 

 

Tak kalah menarik, bagian lainnya juga ada yang membahas tentang “Pengembangan Ilmu dan Teknologi Kesehatan di Indonesia”, yang ditulis oleh Tjandra Yoga Aditama, Taifo Mahmud, Boya Nugraha, Mulyoto Pangestu, Azhar Zam dan Bibin Bintang Andriana. Bagian ini membahas tentang pengembangan sumber daya IPTEK di Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan.

 

Halaman:

Editor: nicha-Nicha JKT

Rekomendasi

Terkini

Desak MK Tak Hanya Fokus pada Hasil Pemilu

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:36 WIB

Ibu Melahirkan Bisa Cuti hingga Enam Bulan

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:30 WIB

Layani Mudik Gratis, TNI-AL Kerahkan Kapal Perang

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:17 WIB

IKN Belum Dibekali Gedung BMKG

Senin, 25 Maret 2024 | 19:00 WIB

76 Persen CJH Masuk Kategori Risiko Tinggi

Senin, 25 Maret 2024 | 12:10 WIB

Kemenag: Visa Nonhaji Berisiko Ditolak

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:50 WIB

Polri Upaya Pulangkan Dua Pelaku TPPO di Jerman

Sabtu, 23 Maret 2024 | 12:30 WIB

Operasi Ketupat Mudik Dimulai 4 April

Sabtu, 23 Maret 2024 | 11:30 WIB
X