Musim Dangkal

- Senin, 11 Maret 2019 | 21:16 WIB

 

Oleh Dahlan Iskan

 

Musim durian tiba. Yang menyengat tidak hanya aroma. Tapi juga suasana.

Durian kulitnya tajam. Demikian juga lidah manusia. Khususnya di musim hati didudukkan di kursi. Ketika yang dibicarakan hanya kulit-kulitnya. Tapi menusuk sampai dagingnya. Hanya permukaannya. Tapi membekas sampai sanubarinya. 

Ketika jarak pandang sangat dekat. Suluk masa depan terselimut kabut. 

Inilah musim yang membuat orang seperti Kyai Yusuf tidak mendapat angin. Ketika filsafat tidak dapat tempat. Ketika sufi dianggap sepi. 

Siapa yang masih laku untuk bicara esensi. Ketika retorika lebih mengungguli. 

Di mana lagi kita bisa bertanya: mengapa posisi Tuhan lebih dekat dari tubuh diri manusia. Bahkan dari urat lehernya. 

Di mana sebenarnya Tuhan. Terutama ketika Raja Arab membuka pintu ”bait Allah”. Dan mendapatkan di dalamnya ruang yang kosong.

Di manakah gerangan qalbu. Di saat semua orang hanya bersilat lidah.

Perlukah masa lalu diingat-ingat. Dan masa depan dipercepat. Kalau tidak ada yang fokus untuk jati diri masa kini.

Padahal, padahal, padahal. 

Adakah agama yang tidak memperbincangkan ketinggian? Yang tidak mengajarkan cara memanjat ketinggian?

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X