JAKARTA—Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) mendorong seluruh program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang digelar oleh perguruan tinggi dapat terintegrasi dengan kompetensi mahasiswa. Hal ini sesuai dengan desain yang dirancang oleh Kemenristekdikti untuk mencetak calon pemimpin di Indonesia maupun di dunia.
“Pada prinsipnya jika kita berbicara tentang KKN, kami sedang mendesain mahasiswa untuk menjadi pemimpin dengan dua kompetensi. Pertama, kompetensi hardskill, diekspresikan melalui transkrip. Yang kedua softskill, pertama mampu melakukan komunikasi, komunikasi dengan teman yang berbeda jurusan, dan juga masyarakat disana,” terang Direktur Pembelajaran Ditjen Belmawa Kemenristekdikti, Paristiyanti Nurwardani dalam acara pelepasan 952 mahasiswa peserta KKN di Universitas Budi Luhur, Jakarta, Kamis (17/1).
Paris—sapaan akrab Paristiyanti Nurwardani, memaparkan dalam mengikuti program kegiatan KKN tersebut mahasiswa harus mampu melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan teman dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL).
“Sehingga, terkait dengan critical thinking, mahasiswa harus peka terhadap kondisi sosial, peduli terhadap permasalahan masyarakat, dan mampu mengidentifikasi masalah serta mencari solusi bersamasama. Yang terakhir, mahasiswa juga harus bias mempelajari tentang writing skill,” ujar Paris.
Rektor Universitas Budi Luhur , Didik Sulistyanto sangat berterima kasih kepada Kemristekdikti yang kembali memberikan kepercayaan kepada kampusnya yang terpilih sebagai koordinator sekitar 100 PTS untuk program KKN Citarum Harum.
Diketahui, kegiatan KKN ini dilaksanakan di 95 lokasi yang tersebar di 6 provinsi , yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jambi. Di setiap titik lokasi mahasiswa akan berada di lokasi selama 1 bulan. DPL yang terlibat dalam kegiatan KKN ini berjumlah 35 orang.
Ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa selama di lapangan. Pertama, Program Citarum Harum, yaitu terlibat dalam program pemerintah untuk membersihkan Sungai Citarum yang ditargetkan selesai dalam 7 tahun. Kedua, membangun 50 panel solar sel di wilayah Karawang, dan 50 panel solar sel di wilayah Pandeglang untuk memberikan penerangan listrik bagi masyarakat yang selama ini belum menikmati listrik. Ketiga, bekerja sama dengan Yayasan Rimbo Kito untuk “menyapa” Suku Anak Dalam di Kecamatan Tebo, Provinsi Jambi untuk mengembangkan sumber daya manusia yang ada di suku tersebut. Termasuk di 3 titik lokasi ini, program KKN membangun dan memperkenalkan “jamban” bagi masyarakat yang masih primitif.
Keempat, memperkenalkan Program Bank Sampah di 90 lokasi. Kelima, mewujudkan Rumah Cerdas Berbudi Luhur (rumah baca) di 95 kelurahan. Keenam, membantu masyarakat untuk “melek IT” secara cerdas berbudi luhur. (*/sar/pro)