JIKA Jawa Pos Grup memiliki Jawa Pos Institute Pro Otonomi (JPIP), maka Tempo Media Group bersama Frontier Consulting Group mengembangkan konsep pengukuran Indonesia’s Attractiveness Index. Ibarat kompetisi sepakbola, JPIP dan Tempo Media Group bersama Frontier Consulting Group dituntut berperan sebagai PSSI.
Sebagai penyelenggara kompetisi, JPIP dan Tempo Media Group harus independen, tidak berat sebelah, dan taat prinsip cover both sides. Dengan latar belakang media, JPIP dan Tempo Media Group telah terbiasa berperilaku otonom seperti itu.
Pendek kata, otonomi daerah sebagai persoalan pembangunan berbasis otonomi adalah cara memahami dan menilai otonomi daerah dalam seberapa jauh ia mampu sebagai jalan pintas bagi tumbuhkembangnya kemajuan berkebebasan dan kebebasan berkemajuan. JPIP dan Tempo Media Group berinisiatif memonitoring, mengevaluasi, dan melakukan pemeringkatan capaian otonomi itu.
Saya percaya, hanya di tangan kepala daerah yang kreatif dan inovatif otonomi daerah bisa bergerak ke arah kehidupan baru masyarakat yang lebih baik. Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bukanlah kereta otomatis yang cukup dikemudikan masinis yang hanya bekerja dengan telunjuk jarinya. Kotawaringin Timur adalah sebuah kapal besar yang perlu digerakkan pemimpin efektif.
Maka, ketika Bumi Habaring Hurung di bawah pemerintahan Supian Hadi-Taufiq Mukri (Sahati) terpilih sebagai sebagai salah satu kabupaten yang mendapat penghargaan Indonesia's Attractiveness Award 2015, tak ada kalimat lain yang harus disampaikan selain mengucapkan selamat. Ini menjadi bukti di bawah pemerintahan Sahati, Kabupaten Kotawaringin Timur tidak bisa dipandang sebelah mata dalam hal perekonomian, pariwisata, dan pelayanan kepada masyarakatnya.
Inilah penilaian obyektif dari perusahaan riset terbesar di Indonesia yang penilaiannya melibatkan investor, profesional, dan pengamat. Terpilihnya Kabupaten Kotawaringin Timur sebagai penerima penghargaan Indonesia's Attractiveness Award 2015 menjadi ukuran atas keberhasilan kinerja pemerintahan Sahati di bidang investasi, infrastruktur, pelayanan publik, dan pariwisata.
Membicarakan penghargaan Indonesia's Attractiveness Award yang diraih Kabupaten Kotawaringin Timur tak bisa dilepaskan dengan persoalan daya saing. Indonesia yang hebat akan mudah diwujudkan bila banyak kabupaten, kota, dan provinsi yang semakin hebat. Daerah yang berdaya saing tinggi akan memberi kontribusi besar terhadap daya saing nasional dan kemajuan daerah sangat dipengaruhi oleh kualitas dari para pemimpinnya.
“Kita berharap dengan melihat ranking daerahnya, banyak kepala daerah yang termotivasi dan terinspirasi untuk memajukan daerahnya agar semakin menarik bagi para investor dan juga memajukan pariwisata di daerahnya,” kata Handi Irawan, CEO Frontier Consulting Group.
Mari kita rujuk soal daya saing itu pada konsep Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF). WEF secara rutin merilis ’’The Global Competitiveness Report’’. Saat ini, dari 148 negara, Indonesia berada di posisi ke-38 dari sebelumnya ranking ke-50.
Daya saing sangat penting diingatkan kembali setidaknya karena dua alasan. Pertama, implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah di depan mata. Kedua, saat ini adalah waktu yang tepat untuk memperkukuh pondasi guna menyongsong momentum bonus demografi pada 2030–2035 yang kala itu terjadi ledakan penduduk usia produktif. Jika daya saing lemah, bonus demografi akan berlalu begitu saja tanpa arti.
Saya menilai kerja pemerintahan Sahati telah on the track. Refleksi kemajuan Kabupaten Kotawaringin Timur selama lima tahun terakhir ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan kemajuan daya saing. Indonesia's Attractiveness Award telah memotret daya tarik yang dimiliki Kabupaten Kotawaringin Timur.
Jadi, teruslah bergerak Sahati! Semoga Tuhan terus memberikan kesehatan dan kebijaksanaan untuk Kotawaringin Timur yang semakin baik. (jid/adv)