SETIAP menyaksikan munculnya pemimpin-pemimpin baru, kita dapat melihat dua sisi mereka sekaligus. Dua sisi itu seperti sekeping uang logam yang menyatu dan tanpa disadari yang bersangkutan membentuk pikiran kita tentang style mereka. Dua sisi itu adalah karakter dan kompetensi.
Karakter itu ibarat akar pohon yang menancap ke tanah. Karakter tidak dapat diciptakan dengan cara membayar pengamat-pengamat politik atau pakar-pakar komunikasi yang dapat melatih cara berbicara di depan publik.
Meski penting, karakter belumlah cukup. Pemimpin juga diukur dari apa yang dia lakukan. Latar belakang seorang pemimpin akan membentuk pribadi sang pemimpin. Supian Hadi adalah seorang yang berjiwa wirausahawan. Dia adalah sosok yang sangat antusias dalam segala urusan. Dengan bekal positif itu sudah sepantasnya ia meraih kesuksesan dalam bisnis. Dunia bisnis pula yang mengasah ketajaman intuisinya.
Mungkin, karakter antusias tersebut dipengaruhi oleh latar belakangnya yang penuh keprihatinan. Nasib terlahir sebagai anak seorang buruh perusahaan kayu dengan segala keterbatasannya membuat ia memiliki antusiasme tinggi untuk mengubah keadaan.
SHD, short code Supian Hadi mampu mengolah keterbatasan menjadi semangat yang luar biasa. Sebagai pengusaha yang merintis usaha dari kelas pedagang kaki lima, ia terbiasa untuk menyederhanakan masalah. Dengan latar belakangnya sebagai pengusaha keputusan penting dalam pemerintahan biasa diambil dalam situasi nonformal.
Kecepatan berpikir dalam lingkungan dinamis menjadi style leadership Supian Hadi. Berbeda dengan dari orang-orang yang meniti karir dalam lingkungan birokratis yang harus berhati-hati.
Lompatan besar pembangunan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) seperti pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan manusia (IPM), usia harapan hidup, investasi, serta penurunan angka kemiskinan dan pengangguran tak bisa dilepaskan dari faktor leadership. Lompatan pembangunan selama lima tahun Kabupaten Kotawaringin Timur bisa dicapai karena pemerintahan Sahati mampu menafsirkan kejadian yang akan datang, memiliki kemampuan mengorganisasi, memberi instruksi pada bawahan, mengkoordinasikannya, serta melakukan pengawasan dan pengendalian agar tujuan tercapai.
Menjadikan Kotim sebagai tujuan wisata sebagai salah satu Panca Dharma Sahati merupakan kepekaan Sahati dalam menafsirkan kejadian yang akan datang. Sektor kepariwisataan harus diprioritaskan karena sektor ini terbukti memiliki multiplier effect yang dahsyat.
“Tentu, poin potensi dan poin kendala pada sektor kepariwisataan perlu dipahami lebih dulu. Potensi wisata yang dimiliki harus memperhatikan kendala dan membenahi kekurangannya,” ujar Supian Hadi. (adv)