“Astuti” Kembali ke Kalimantan

- Rabu, 25 Januari 2023 | 08:55 WIB
Astuti (di dalam kandang), bayi orangutan berusia dua tahun ini akhirnya dapat kembali ke Kalimantan. Petugas berhasil menggagalkan upaya penyelundupan Astuti ke Filipina 30 Mei lalu di Gorontalo. Selanjutnya, dia akan dibawa menuju pusat rehabilitasi Centre for Orangutan Protection di Kabupaten Berau untuk menjalani rehabilitasi.
Astuti (di dalam kandang), bayi orangutan berusia dua tahun ini akhirnya dapat kembali ke Kalimantan. Petugas berhasil menggagalkan upaya penyelundupan Astuti ke Filipina 30 Mei lalu di Gorontalo. Selanjutnya, dia akan dibawa menuju pusat rehabilitasi Centre for Orangutan Protection di Kabupaten Berau untuk menjalani rehabilitasi.

BALIKPAPAN-Seekor bayi orangutan berusia dua tahun yang diberi nama Astuti akhirnya dapat kembali ke Pulau Kalimantan. Astuti merupakan satwa hasil sitaan Polres Boalemo, Gorontalo pada 30 Mei 2022 silam bersama 58 ekor satwa lain seperti Owa Kalimantan, Lutung Jawa, Biawak dan Kura-kura.

Orangutan berjenis kelamin betina ini tiba di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, Selasa (24/1) malam, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 jam dari Manado, Sulawesi Utara dan sempat transit di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, Astuti dinyatakan sehat. Selanjutnya, Astuti akan dibawa menuju pusat rehabilitasi Centre for Orangutan Protection di Kabupaten Berau, untuk menjalani perawatan sebelum dilepas liarkan.

Kepala BKSDA Sulawesi Utara Askhari DG Masiki mengatakan, sebelum diamankan petugas, Astuti hendak diselundupkan menuju Filipina. “Astuti dibawa dari Makassar menuju Gorontalo melalui jalur darat dan hendak diselundupkan menuju Filipina. Namun tim Gakkum berhasil menggagalkan upaya penyelundupan saat tiba di Boalemo,” kata Askhari di Terminal Kargo Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan, Selasa (24/1) malam.

Saat ditemukan petugas, Astuti berada di dalam kendang dengan kondisi keadaan lemas. Setelah diberi minum, Astuti lantas dibawa menuju Kantor Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Gorontalo, BKSDA Sulut, sebelum dititipkan ke PPS Tasikoki,.

Di PPS Tasiloki, Astuti menerima perawatan dari animal keeper dan penanganan medis oleh tim dokter hewan. Astuti juga menjalani pemeriksaan fisik, laboratorium hingga rontgen dan dinyatakan sehat serta tidak menunjukkan gejala penyakit apapun.

“Berdasarkan hasil uji DNA di Universitas Indonesia, dapat dipastikan Astuti adalah orangutan dari Kalimantan,” kata Askhari.

Meski secara genetik dipastikan berasal dari Kalimantan, Askhari mengaku tidak tahu persis dari mana Astuti dibawa. Yang jelas, kata dia, Astuti dibawa dari Kalimantan menuju Makassar, Sulawesi Selatan lewat jalur laut. “Kami tidak tahu dari pelabuhan mana dan dengan kapal jenis apa Astuti dibawa ke Sulawesi Selatan,” kata dia.

Selain mengamankan Astuti dan satwa lain, petugas juga menangkap dua orang yang berperan sebagai supir dan kurir dalam upaya penyelundupan satwa ini. Dua orang ini sudah diproses dan divonis lima bulan penjara serta denda Rp 15 juta.

Kepala BKSDA Kaltim M Ari Wibawanto menambahkan, selanjutnya Astuti akan dibawa menuju COP di Kabupaten Berau. Di sana, orangutan mungil ini tidak akan langsung dilepas liarkan.

“Nanti dia akan menjalani sekolah dan rehabilitasi untuk mengembalikan sifat liarnya. Setelah itu baru akan kami lepas liarkan ke alam,” jelas dia.

Di sisi lain, Ari menyebut kasus penyelundupan satwa termasuk orangutan dari Kalimantan dalam beberapa tahun cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini, kata Ari tak lepas dari koordinasi yang baik antara seluru pihak, mulai dari kepolisian, TNI AL dan pihak lain.  

MENJALANI REHABILITASI DI COP

Direktur Eksekutif Centre for Orangutan Protrection (COP) Daniek Hendarto mengatakan, sebelum dilepas liarkan, Astuti akan menjalani serangkaian proses rehabilitasi oleh tim medis dan biologi dari COP. Lamanya waktu rehabilitasi, sebut Daniek salah satunya bakal tergantung dengan kecerdasan Astuti.

“Tim medis dan biologi nanti juga akan menilai. Sebab prosesnya memang cukup panjang, mulai dari karantina, lalu sekolah hutan atau pengenalan hutan kemudian pra pelepas liaran sebelum akhirnya dilepas liarkan,” kata Deniek. 

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X