Ciptakan Alat DAMKAR, Sulap Sekam Jadi Pupuk Organik

- Selasa, 4 Oktober 2022 | 14:50 WIB
SEKTOR PERTANIAN: Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia, Chalid Said Salim (kiri) berbincang-bincang dengan Sutrimo salah satu petani di Sangasanga yang tergabung di Kelompok Tani Setaria, mitra binaan Pertamina EP Sangasanga Field.
SEKTOR PERTANIAN: Direktur Utama PT Pertamina Hulu Indonesia, Chalid Said Salim (kiri) berbincang-bincang dengan Sutrimo salah satu petani di Sangasanga yang tergabung di Kelompok Tani Setaria, mitra binaan Pertamina EP Sangasanga Field.

 

Kelompok Tani Setaria, mitra binaan Pertamina Sangasanga Field sukses membuat alat Destilasi Asap Sekam Bakar (DAMKAR). Alat ini bisa menghasilkan bahan untuk campuran pupuk organik dan campuran pupuk cair organik

POTENSI pertanian di Sangasanga, Kaltim cukup melimpah. Melihat adanya potensi pengembangan sektor pertanian ini, PT Pertamina EP Sangasanga Field bersinergi dengan Kelompok Setaria untuk mengembangkan sektor pertanian secara terpadu dengan sistem ekonomi sirkular dan ramah lingkungan sehingga memiliki keberlanjutan.

Dari situlah kemudian tercipta program tani terpadu sistem inovasi sosial kelompok setaria (Tante Siska). Program Tante Siska ini merupakan pertanian terpadu dengan sistem ekonomi sirkular yang ramah lingkungan. Pada pelaksanaannya, program tante siska memiliki skema produksi pertanian dimana disetiap tahapan pelaksanaannya saling terintegrasi satu sama lain. Adapun skema produksi ini terbagi dalam 4 tahapan yakni peternakan, produksi pupuk, pertanian, dan pengembangan.

Kelompok Petani Setaria salah satunya yang berhasil melakukan inovasi pertanian berupa Destilasi Asap Sekam Bakar (Damkar) yang berperan mereduksi emisi gas rumah kaca.

Sutrimo, Ketua Kelompok Tani Setaria menuturkan Pertamina telah membantu para petani untuk menyediakan alat destilasi asap sekam. Alat tersebut memiliki kapasitas sebanyak sembilan karung sekam dengan berat total 405 kilogram.

Sekam tersebut dibakar selama dua hari hingga menghasilkan dua produk unggulan yakni sekam bakar sebanyak 135 kg dan asap cair sebanyak 15 kg. Sekam bakar menjadi campuran pupuk organik sehingga menghasilkan 540 kemasan sebesar 8 kilogram.

Sementara asap cairnya dipergunakan untuk campuran pupuk cair organik dan disenfektan kandang (meminimalisir bau kandang) yang kemudian dikemas menjadi 750 jerigen yang masing-masing bervolume 5 liter.

Pupuk organik tersebut selain untuk kepentingan kelompok juga dijual ke konsumen. Satu kantong pupuk organik dijual seharga Rp15 ribu. Sementara pupuk cair dalam jerigen kecil 2 kg dihargai Rp7 ribu. Pupuk yang dikonsumsi kelompok dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian terpadu. “Saya mencoba untuk terus melakukan transfer pengetahuan ini kepada kelompok tani lain. Saat ini ada sekitar enam kelompok tani. Sebanyak 50 persen dari sekam yang ada di sini diolah di Setaria, sisanya oleh kelompok tani lain,” tutur Sutrimo.

Sutrimo menuturkan dia akan terus melakukan inovasi seperti mengembangkan sereh wangi dan tanaman pangan lain. Sereh wangi diolah menjadi handsanitizer dan minyak aromaterapi.

Menurutnya produk-produk pertanian yang dikembangkan Kelompok Tani Setaria harus merupakan produk organik. “Pertanian di sekitar harus organik dan kurangi emisi, dan ini sesuai visi Presiden Jokowi di G20 kemarin. Dan kami punya cita-cita Pak Jokowi dapat ke sini lihat pertanian kami dan beli sapi di kelompok tani kami,” ujar Sutrimo.

Senior Manager Pertamina Zona 9 Field Sangasanga, Gondo Irawan mengatakan inovasi yang dikembangkan Kelompok Tani Setaria memberikan manfaat bagi lingkungan maupun perekonomian masyarakat di Sangasanga. Dan dirinya bersyukur Program Tante Siska dapat direplikasikan kepada masyarakat. Di level kecamatan Sangasanga, ada lima kelompok yang menerima replikasi pengetahuan dari Kelompok Setaria.

Sementara Head of Communication, Relations & CID Zona 9, Elis Fauziyah menyampaikan, program Tante Siska berhasil mendorong pemanfaatan 1,61 Ha lahan pekarangan. Selain itu, program juga berhasil mengurangi potensi emisi CO2 sejumlah 7,76 ton CO2eq/tahun melalui pembakaran sekam bakar dengan menggunakan alat damkar berupa destilasi asap sekam bakar.

“Ketua Kelompok Tani Setaria, Sutrimo mengatakan  senang berbagi ilmu dengan sesama petani baik di tingkat kecamatan hingga tingkat nasional. Salah satunya dalam ajang Forum Tanggung Jawab Sosial (FTJS) SKK Migas Perwakilan Kalimantan Sulawesi (Kalsul),” tutur Elis.

Halaman:

Editor: Wawan-Wawan Lastiawan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Arus Balik Lewat Laut di Samarinda Menurun

Selasa, 16 April 2024 | 18:07 WIB

Drainase di Jalan Juanda Dikerjakan Bertahap

Selasa, 16 April 2024 | 18:00 WIB

Rp 11 M untuk Perbaikan Jalan Sungai Buntu

Selasa, 16 April 2024 | 17:15 WIB

Arus Balik Lewat Laut di Samarinda Menurun

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

Di Kutai Barat, Pertalite Lebih Mahal dari Pertamax

Selasa, 16 April 2024 | 16:30 WIB

BKPSDM Balikpapan Pantau Hari Pertama Kerja

Selasa, 16 April 2024 | 15:00 WIB

Tim Respons Brimob Padamkan Karhutla

Selasa, 16 April 2024 | 12:15 WIB

Tabrak Truk, Pengemudi Motor di Bontang Meninggal

Selasa, 16 April 2024 | 09:04 WIB
X