PROKAL.CO,
BALI—Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini terus berupaya untuk menyiapkan pendidikan di Indonesia bisa berjalan ideal dengan perkembangan revolusi industri 4.0. Namun, ternyata Kemendikbud tetap harus berhadapan dengan masalah kompetensi guru.
Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kemendikbud Gogot Suharwoto menjelaskan, kesenjangan kompetensi guru menjadi tantangan utama.
“Kami sudah melakukan survey bahwa guru yang benar-benar siap mengajar dengan teknologi 4.0 hanya sekitar 40 persen. Kita punya datanya by name, dan kompetensi mereka seperti apa. Ini Guru non TIK ya. Jadi guru non TIK yang mengajar dengan teknologi baru 40 persen,” ungkap Gogot kepada Kaltim Post saat ditemui di Hotel Stones, Bali, Senin (3/12).
Tantangan kedua adalah kesenjangan geografis. “Pastilah kita memiliki daerah yang luar biasa , mulai dari kota dan desa terpencil tentu luar biasa bedanya,” kata Gogot.
Kemudian, lanjut Gogot, tantangan ketiga adalah kesenjangan generasi antara murid dan guru. Menurutnya, yang harus disiapkan adalah menggelar pelatihan untuk mendongkrak kompetensi guru. “Kita sudah melakukan pelatihan guru, setidaknya kita latih 10 ribu guru tiap tahunnya,” ujar Gogot.
Selain itu, mengenai gap masyarakat yang ada di daerah terpencil, pihaknya juga sudah memiliki program Universal Service Obligation (USO) atau sering disebut Kewajiban Pelayanan Universal yang merupakan kerjasama dengan Kominfo. “Kita memberikan akses kepada sekolah-sekolah di daerah terpencil yakni sebanyak 1.474 sekolah. Bukan hanya akses, tetapi juga kita memberikan bantuan peralatan dan kita latih gurunya. Jadi bisa dibilang ini paket 3 in1,” terang Gogot.
Lantas bagaimana teknisnya mengatasi kesenjangan antar generasi ini? Gogot menjelaskan bahwa kesenjangan generasi ini harus diupayakan memiliki platform yang sama. Dikatakan, guru dan siswa jika mengakses platform yang sama , maka kompetensi yang dimiliki keduanya akan sama.
“Maka kita siapkan ‘Rumah Belajar’. Portal ‘Rumah Belajar’ ini jika sudah log in , ada namanya aplikasi kelas maya. Untuk menyamakan posisi ini kan harus duduk bareng. Jadi kita siapkan portal ini, guru dan murid bisa log in, gurunya menjelaskan secara aonline, muridnya mengerjakan soalnya dan tugasnya, diskusinya pun juga online. Jadi mereka di dalam satu portal yang sama di ‘Rumah Belajar’ itu,” bebernya. (sar/pro)